Kenapa Titel "CEO", "Founder", "Director" di Bio Media Sosial Sering Cuma Jadi Gimmick? - Sebuah Celotehan

Kenapa Titel "CEO", "Founder", "Director" di Bio Media Sosial Sering Cuma Jadi Gimmick? - Sebuah Celotehan

Saya akan memulai tulisan ini dengan judul di atas. Yup! Betul sekali! Ini merupakan keresahan pribadi ketika melihat banyak profil yang bertebaran di media sosial. Tentu akan terlihat keren dilihat ketika banyak orang yang mengetahuinya.

"Wah, keren ya orang ini!"

"Sukses bener, nih! Udah jadi CEO".

Siapa juga, sih, yang tidak bakal kesengsem dengan orang-orang seperti itu. Pastinya, akan mudah mendapat berbagai macam hal positif dan keuntungan ketika kita dikenal baik oleh banyak orang. Pastinya, pujian akan akan berdatangan bak hujan deras dari banyak pihak. Tapi, sepengalaman saya bertemu dengan orang-orang seperti itu, yang semula ekspetasi saya tinggi, mendadak zonk!

Kecewa berat saya dibuatnya. Ternyata apa yang tersemat di bio media sosialnya berbeda drastis dengan apa yang asli. Bukan sebab karena kompetensinya saja yang tidak mencerminkan. Itu, sih, masih mending. Bahkan palsu, lho! Bio yang dibuat ternyata hanya asal-asalan, alias fiktif. Yang penting bisa kelihatan keren saja.

Mungkin, beberapa dari Anda pun pernah mengalaminya seperti saya, atau jangan-jangan, Anda salah satu pelakunya?

Padahal, kalau kita cermati, bio yang ada di media sosial bukan semata-mata menjadi alat bagi kita untuk membangun persona kita. Yah, walaupun saya sadar kalau tentu persona di media sosial dengan di dunia nyata bisa berbeda. Tapi, ini adalah hal yang fatal jika Anda lakukan ketika Anda tahu kalau diri Anda adalah seseorang yang profesional.

Di dalam dunia profesional, media sosial juga menjadi hal yang penting, maka dari itu, bagi beberapa praktisi profesional tentu akan menjaga media sosialnya dari hal-hal yang menjatuhkan citra dirinya.

Bahkan, naasnya, dampak dari bio abal-abal itu bisa jadi sumber hoaks yang justru akan membuat dampak negatif bagi banyak orang. Apa banyak orang masih nggak paham dengan hal itu?

Bagi saya, ketika saya meninjau hal ini secara mendalam, bukannya media sosial merupakan persona kita yang dibuat agar mampu berjeraing lebih mudah dengan banyak orang? Dan tentu hal tersebut ada konsekuensi dan tanggung jawabnya, karena pasti ada dampaknya kepada sosial.

Dengan tulisan ini, saya tidak hanya bermaksud untuk sekedar 'ngomel-ngomel'. Sebagai seorang profesional, saya sudah merasakan bahwa media sosial cukup berpengaruh dalam eksistensi karir profesional saya. Bahkan, faktanya adalah setiap HR yang ada di berbagai perusahaan akan melakukan background checking yang salah satunya akan mengecek bagaimana profil kandidat yang ada di media sosial. Tentu, bagi Anda yang sedang merintis karir di dunia pekerjaan, ini menjadi hal yang penting, sehingga Anda perlu memahami ulang bagaimana cara Anda dalam menata personal branding Anda dengan cara yang elegan.

Apakah Anda mulai paham?

Semoga bermanfaat!