Cara Menghadapi Karyawan Yang Tidak Berkomitmen

Cara Menghadapi Karyawan Yang Tidak Berkomitmen

Sebenarnya artikel ini hasil dari kegelisahan saya tempo lalu ketika menghadapi seorang karyawan yang membeberkan begitu banyak argumen dan alasan dengan panjang lebar ketika rapat mingguan. Bahkan, dalam menyiapkan presentasinya, yang bersangkutan sampai menyiapkan data-data yang mendukung argumennya. Dalam aspek ini, saya cukup terkesima dengan cara orang tersebut dalam menyampaikan gagasannya. Memang sudah seharusnya begitu.

Namun, yang saya kecewakan, data-data serta beragam argumentasi yang disampaikan justru bukan untuk kemajuan pekerjaannya, tetapi justru terkesan sebagai dalih untuk "membebaskan" dirinya dari tuntutan kerja yang sebagaimana mestinya.

Tentu dari situasi ini, saya bereaksi dan menanyakan kesediaannya dalam menjalankan sebuah tanggung jawab pekerjaan. Bukannya apa-apa, namun saya cukup geram dengan perilaku selama ini yang tidak cukup kooperatif. Ketika diberi tugas yang mudah, yang bersangkutan merasa hal tersebut tidak membuatnya termotivasi dan justru meminta pekerjaan yang menantang. Ketika saya respon tantangannya, justru orang itu mengaku tidak sanggup. Lha, maunya apa?

Ketika saya menanyakan apa yang dapat disanggupi, justru malah dibalas, "saya juga bingung. Saya ngikut saja." Lantas, bagaimana saya hendak membantu dan merapikan segala permasalahan karyawan? Jawaban satu-satunya, saya hanya berkonsultasi dan membuatkan target dan beban kerja bersama user-nya dengan sedetail dan semudah mungkin agar setiap karyawan dapat bertugas sesuai dengan tanggung jawabnya.

***

Oke, dari sepenggal cerita di atas, saya hanya ingin menjelaskan bahwa pastinya hal seperti ini akan senantiasa terjadi. Tugas saya sebagai HRBP bagaimana saya bisa mengondisikan setiap SDM agar dapat berfungsi dan mendukung tujuan besar perusahaan. Maka dari itu, saya mencoba untuk menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu segenap permasalahan SDM.

Realitanya, memang tidak semua orang memiliki kepedulian dan komitmen besar dalam mewujudkan tujuan bersama, itu sebabnya, bagian HRD akan melakukan fungsinya dalam mengelola karyawan, mulai dari merencanakan SDM, merekrut dan menyeleksi, melatih dan mengembangkan, hingga mengelola kinerja karyawan dengan berbagai macam strategi.

Tetapi, kadang, tetap saja ada sebagian karyawan yang sulit untuk diatur. Kalau kebijakan perusahaan memang yang terbukti bermasalah, baru karyawan punya hak untuk "tidak taat". Masalahnya, aturan dan strategi yang saya buat dimaksudkan untuk kebaikan semua.

Lantas, bagaimana, sih, cara kita untuk menghadapi tipikal seperti itu?

Tentu hal ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan, butuh waktu, tenaga, dan strategi yang ciamik untuk mengantisipasi. Maka dari itu, saya selalu mengembalikannya kepada falsafah dan cita-cita perusahaan itu sendiri. Dari hal fundamental itu, justru yang akan mengarahkan kepada hal yang lebih kompleks. Cara untuk mengintegrasikan segala sesuatu yang melibatkan urusan perusahaan akan menjadi mudah dan sistemik.

Permasalahan sikap dan komitmen karyawan merupakan hal fundamental dan memang memerlukan waktu yang lama. Asal, ada aturan dan perjanjian yang dibuat bersama agar karyawan dapat mematuhi kesepakatan yang ada.

Sebagai seorang HRD bahkan HRBP, memang perlu menindak hal ini dengan tegas. Seorang HR harus berpihak kepada strategi perusahaan secara fair, sehingga hal itu dapat menjadi kompas profresional dalam membuat sebuah kebijakan.