Bikin Geram! Lalu, Apa Itu Toxic Leadership?
Akhir-akhir ini, mungkin Anda juga sering mendengar kabar ini. Yup! Toxic manager. Tentunya, Anda pasti setuju dengan saya, kalau berhadapan dengan pimpinan yang tidak kooperatif dan mendukung, rasanya pasti menyebalkan. Tetapi, apa, sih, yang dimaksud dengan toxic leadership. Toxic leadership sendiri merupakan tipikal kepemimpinan yang cenderung merugikan, entah bagi para anggotanya maupun organisasi secara keseluruhan. Ternyata di lingkup Indonesia sendiri, fenomena ini cukup umum terjadi di berbagai jenis organisasi, baik di sektor swasta maupun publik.
Salah satu contoh dari toxic leadership adalah ketika seorang pemimpin memperlakukan anggotanya dengan buruk, menghina atau bahkan mengintimidasi mereka. Tentunya, ini dapat menyebabkan disstres, frustrasi, dan kekecewaan di kalangan anggota organisasi tersebut, yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan tingkat turnover (keluar masuk karyawan).
Selain itu, toxic leadership juga dapat muncul dalam bentuk pemimpin yang tidak memberikan pengakuan atau imbalan yang pantas bagi anggotanya yang berprestasi, atau bahkan mengambil keuntungan pribadi dari posisinya sebagai pemimpin. Hal ini dapat menyebabkan anggota organisasi merasa tidak adil dan tidak dihargai, yang pada akhirnya dapat menurunkan moral dan komitmen mereka terhadap organisasi.
Tentunya, jika kita jabarkan apa saja masalahnya, pasti tidak akan ada habisnya. Lantas, apa saja langkah agar bisa mengatasi masalah ini? Bagi Anda praktisi profesional, Anda dapat melakukan beberapa hal seperti meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemimpin, serta menciptakan budaya yang mendorong kepemimpinan yang positif dan inklusif. Tentunya, hal ini juga membutuhkan usaha dan strategi yang cukup kompleks, mengingat, budaya juga memerlukan sumber daya. Selain itu, organisasi juga dapat melakukan pelatihan dan pengembangan untuk pemimpin dan anggotanya agar dapat mengenali tanda-tanda toxic leadership dan mengatasinya.
Secara umum, toxic leadership dapat merugikan organisasi dan para anggotanya dalam jangka panjang. Oleh karena itu, organisasi di Indonesia harus mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa para pemimpin mereka memberikan pengaruh yang positif bagi organisasi dan anggotanya.
Lalu, apa yang akan Anda lakukan ketika Anda mengalami posisi di atas?