Minder Karena Salah Jurusan? Part 1

Minder Karena Salah Jurusan?  Part 1


Salah jurusan, yakin sekali kalau hal tersebut hampir semua orang mengalaminya. Apa Anda juga termasuk salah satunya? Ya, kalau iya, ndak usah bingung. Masih bisa dikatakan wajar, lah. Belum lagi memang hal ini diperkuat oleh banyak pendapat, salah satunya karena minimnya wawasan dan informasi akan prospek setiap jurusan dan peluang apa saja yang bisa didapatkannya. Jadi, Anda yang salah jurusannya, gak salah, kok!

Berkarir pada akhirnya akan menjadi muara bagia siapapun yang telah “selesai” dari aktivitas pendidikannya secara formal. Ya, memang begitu stigmanya, “kita kuliah, kan, biar bisa dapet kerjaan enak”. Tapi, gak tahu juga ending-nya.

Tapi, pertanyaannya seperti ini, “Apakah jika keadaan yang memungkinkan kita ‘gagal’ dalam berkarir disebabkan karena kita salah jurusan??” Untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya Anda perlu merenung sejenak. Tanyakan kepada diri Anda masing-masing. Kalau males atau belum dapat jawabannya. Mari kita bahas bersama.

Well, menurut saya sebagai praktisi Self-Development, salah jurusan pada dasarnya tidak ada. Kok gitu? Mari, saya terangkan. Mudahnya, silahkan Anda renungi pertanyaan saya berikut, “Lha, wong apa ilmu itu ada yang tidak berguna?”. Silahkan Anda jawab dalam hati masing-masing. Saya yakin 1000% pasti secara spontan Anda menjawab, “Ya pasti ada gunanya, dong!”. Kalau Anda menjawab seperti itu, selamat! Anda sudah punya bekal mindset yang bertumbuh.

Pada dasarnya, semua pengetahuan yang kita dapatkan itu pasti akan menjadi bekal untuk menghadapi kehidupan. Layaknya seorang pemburu yang hendak pergi ke hutan, tentunya ia perlu mempersiapkan bekal yang tepat agar nantinya ia bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Mungkin beberapa Anda juga mulai berceloteh dalam hati, “Ya, kan, pemburu pasti bawa yang diperlukan saja. Nggak mungkin semua hal dibawa”. Ya, benar juga.  Tetapi ingat, pemburu tadi hanya perumpamaan untuk memudahkan imajinasi Anda. Tentunya, kehidupan jauh lebih kompleks, bung!

Sekali lagi saya tekankan, bahwa tidak ada ilmu pengetahuan yang sia-sia. Tidak ada informasi yang tidak ada faedahnya. Tentunya, ketika Anda tahu konteksnya. Yup! Kuncinya disini. Konteks. Setiap ilmu, apapun itu, pasti akan berguna ketika konteksnya tepat. Contohnya, ketika Anda ingin memperbaiki kabel listrik yang bermasalah, tentu ilmu kelistrikan menjadi bermanfaat. Tapi, konteks aja tidak cukup. Ada satu hal lagi yang menjadi intinya inti, core of the core. Adalah kreativitas.

Kreativitas akan memudahkan Anda untuk menghubungkan antara satu keilmuan dengan keilmuan lainnya. Yang seakan-akan awalnya tidak bertalian, justru dengan kreativitas inilah yang membuat hal tersebut tersambung. Tetapi, tidaklah mudah untuk menjadi kreatif. Kreativitas adalah hasil atau akumulasi dari proses penghayatan kita terhadap suatu informasi ataupun keilmuan yang pernah Anda dapatkan. Makanya, tidak ujug-ujug Anda yang semula tidak kreatif menjadi sangat kreatif. Itu adalah proses panjang.

“Udah, mas, kepanjangan pembahasannya”. Baik, kita tarik lagi ke topik awal. Jadi, ketika Anda dalam posisi salah jurusan, bukan berarti Anda terpaksa menjalani karir dalam dunia yang Anda anggap salah tadi. Misalnya, passion Anda menunjukkan kalau Anda menyukai seni rupa. Tetapi, karena jurusan Anda adalah bidang pemasaran, bukan berarti Anda terpaksa harus menjadi marketer pada umumnya, ataupun yang lebih ekstrimnya, Anda tetap berkeyakinan kalau Anda sudah putus karir karena tidak sejalan antara keinginan dan realita.

Jika Anda menjadi marketer dengan keterpaksaan. Pastinya Anda akan merasa terbebani dengan hal tersebut. Mental Anda akan terganggu. Tetapi, disini lah fungsinya konteks dan kreativitas. Anda akan tetap bahagia menjadi seorang marketer jika Anda dapat mengkoneksikan keilmuan dan keterampilan yang relevan guna membantu strategi pemasaran Anda. Jiwa seorang seniman pastinya suka sekali berpikir abstrak, melanglang buana ke berbagai macam pemikiran dan inspirasi. Secara konteks, marketer juga butuh inspirasi dalam membangun sebuah strategi pemasaran. Secara kreativitas, tentu Anda kan dapat merangkum inspirasi tadi menjadi sebuah strategi yang jitu, entah sebagai landasannnya ataupun sebagi medianya, yaitu seni rupa tadi.

Masih tidak relate? Yasudah, disini saya menggunakan real case saja. Yaitu saya sendiri.