Anak IT Perlu Self-Development?

Anak IT Perlu Self-Development?


Tentunya, pasti Anda sudah tahu apa itu Self-Development. Bagaimanapun juga, istilah ini menjadi jamur

di kalangan generasi milenial bahkan Z. Hal tersebut juga diperkuat dengan keadaan dimana semua

orang saat ini hidup di era disrupsi yang mana ilmu pengetahuan berkembang pesat, serta gaya hidup

yang berbasis modernitas pun merebak, sehingga hal tersebut terus mendorong umat manusia era kini

untuk selalu beradaptasi dan berinovasi. Self-Development akan selalu menjadi aspek yang akan terus

digeluti oleh berbagai kalangan, tidak kecuali bagi mereka yang bergerak disektor teknologi informasi

atau IT.

Anak IT memang sudah terbiasa hidup dengan kemudahan teknologi. Tidak mengherankan, banyak

generasi Baby Boomer yang hidup di era globalisasi dirasa “kampungan” kalau sudah berbicara

mengenai perkembangan teknologi. Mungkin bagi Anda disini juga merasakannya ketika orang tua kita

yang cukup sering menanyakan bagaimanaca mengoperasikan sebuah gawai (gadget) ataupun aplikasi

kepada anak-anaknya. Wajar saja, hal tersebut menjadi sesuatu yang asing karena dimana mereka

hidup, hal tersebut tidak pernah ditemuinya.

Teknologi informasi sudah menjadi makanan keseharian, khususnya mereka yang berprofesi dalam

dunia IT. Secara tidak langsung, kemampuan tersebut menjadikan mereka “fasih” dalam menanggapi

berbagai macam dinamika zaman dan seakan-akan mampu beradaptasi dengan berbagai macam situasi

dan kondisi yang hadir.

Akan tetapi, perlu disadari bahwa Self-Development bukan hanya sekedar “pola pikir” yang biasa-biasa

saja. Bukan berarti ketika Anda-Anda yang mahir berkawan dengan kompleksnya teknologi berarti

memiliki kualitas Self-Development yang ciamik. Kemampuan seseorang dalam menyelami dunia

teknologi informasi tentunya sangat berbeda jauh dengan Self-Development. Justru karena Self-

Development-lah yang dapat mengantarkan siapapun dalam memiliki kemampuan dalam beradaptasi

dengan perkembangan zaman.

Dalam buku Golden Rules in Self-Development (2022) dijelaskan bahwa proses pengembangan diri

merupakan sebuah konsep yang terstruktur yang dapat diberdayakan oleh setiap orang agar selalu

relevan dengan setiap zaman. Self-Development adalah senjata. Ia menjelma sebagai pola pikir layaknya

inti prosesor dari seorang manusia agar mampu memaksimalkan segala macam sumber daya yang

dimiliki demi peningkatan kapabilitas dirinya.

Jika Anda menganggap bahwa mentalitas hanya sekedar “doang”. Justru anggapan tersebut adalah

keliru adanya. Mentalitas-lah yang menentukan siapa yang akan menjadi pemenang. Mentalitas-lah

yang akan menunjuk empunya menjadi penguasa yang selalu relevan dan semangat belajar.

Maka dari itu, mau anak IT, anak pendidikan, manajemen, psikologi, teknik, tata boga, dan apapun itu

latar belakangnya, tentu memiliki kesempatan yang sama dalam meningkatkan kapabiltas dirinya. Anak

IT memang punya hard skill-nya yang mungkin bisa dikatakan sangat beruntung karena era saat ini juga

membutuhkannya. Tapi, bukan berarti anak pendidikan gak bisa bersaing juga jadi UI/UX Designer,


misalnya? Yup! Akhir kata, itulah mindset, mentalitas. Yang tidak lain, itu bisa Anda dapatkan melalui

dari memahami esensi Self-Development.