Peran Sertifikasi Profesi dan Kompetensi dalam Membangun Keunggulan Kompetitif
"Wah, sekarang kalau cari kerja susah banget! Saingannya banyak."
Siapa yangpernah mendengar kalimat di atas? Saya yakin, baik Anda sendiri atau orang yang ada di lingkungan Anda pernah menyebutkan kalimat itu. Memang bukan rahasia lagi kalau persaingan di dunia kerja semakin kesini justru semakin berat. Betapa tidak? Jumlah freshgraduate sarjana tiap tahunnya selalu bertambah. Bahkan jumlah pengangguran sarjana pun menyentuh angka jutaan. Jadi, bukan hal yang mengagetkan lagi.
Lantas, apa, sih, permasalahannya?
Menurut data BPS, bahwa penduduk setiap periodiknya selalu mengalami peningkatan. Artinya, jumlah jiwa yang ada di Indonesia semkain tahun, semakin bertambah. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri, khususnya dalam dunia profesional. Saya atau pun Anda harus siap "bertarung" dengan orang lain, baik yang senior maupun yang di bawah kita. Sedangkan pertumbuhan bisnis dan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan jumlah manusianya, sehingga bisa kita ibaratkan kalau kita ingin menduduki 1 posisi pekerjaan, kita bisa bersaing dengan puluhan bahkan hingga ribuan kandidat lainnya.
Jumlah Usaha Besar di Indonesia saja tidak lebih dari 1%! Coba kita bandingkan dengan UMKM yang jumlah menyentuhkan angka 65 juta unit. 99,9% nya sendiri! UMKM sendiri di Indonesia memiliki permasalahannya tersendiri yang membuat banyak kandidat harus memikirkan ulang untuk berkarir disana.
Namun, apakah hal ini tidak dapat kita atasi?
Tentunya, bisa. Walaupun klise, tetapi kunci dari permasalahan ini adalah pemerataan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Ini merupakan tantangan yang amat kompleks bagi suatu negara, khususnya Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang. Akan tetapi, bagi saya, salah satu langkah konkrit dalam mengembangkan kualitas SDM adalah dengan mengikuti program pelatihan dan sertifikasi profesi yang valid. Disini, saya akan mencoba membagikan pengalaman saya terkait dunia sertifikasi profesi yang juga membantu saya, rekan saya, bahkan peserta pelatihan saya dalam bersaing di dunia pekerjaan.
Pada dasarnya, sebuah perusahaan atau institusi tempat kita bekerja pasti membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan berkompeten demi meraih tujuan utama bisnisnya dengan efektif, efisien, produktif, dan mendapatkan profit yang maksimal, sehingga setiap perusahaan, khususnya yang memiliki ranah dan target bisnis yang serupa, akan saling bersaing menjadi yang terdepan. Semua hal itu secara konsep hanya akan didapatkan oleh perusahaan yang memiliki sistem bisnis dan SDM yang unggul.
Dari penjabaran di atas, tentu akhirnya kita memahami, bahwa menjadi bagian SDM yang terampil dan berkompeten, tentu harus memiliki keahlian dan keterampilan yang memang sudah teruji dengan valid. Inilah peran program sertifikasi profesi. Dari program sertifikasi, kita akan mempelajari suatu kerangka konsep dan praktis dari keahlian tertentu yang nantinya akan diuji sejauh mana kemampuan kita dalam menjalankan keahlian tersebut.
Namun, ini perlu disadari, bahwa sertifikasi sangat amat berbeda jauh dengan sertifikat ataupun seminar.standar minimal penyelenggaraan sertifikasi profesi umumnya berkisar 4 hingga 8 jam pelatihan intensif. Itu sudah memuat teori dan praktik yang mendalam mengenai suatu keahlian. Sedangkan seminar? Oh, tentu sangat jauh kualitasnya. (Ini hanya berlaku untuk smeinar pada umumnya yang hanya berkisar 2-3 jam saja. Berbeda dengan Seminar yang dilakukan oleh Mr. Tung Desem Waringin, misalnya.)
Dahsyatnya ketika kita memiliki sertifikasi profesi atau kompetensi yang diakui secara sah dibuktikan melalui kisah rekan saya langsung yang menceritakan ketika ia melamar pekerjaan di sebuah perusahaan nasional, ia ditolak karena berdasarkan sertifikasi yang dimiliki, ia dinyatakan overqualified dan justru perusahaan nasional tersebut yang merasa segan dan takut ketika perusahaan tidak bisa menyesuaikan ekspektasi rekan saya.
Bahkan ada lagi cerita dari rekan saya yang mencoba melamar ke sebuah BUMN. Ia menyertakan semua sertifikasi yang dimiliki. Pada sesi wawancara, yang umumnya kandidat hany akan diwawancara selama 20 menit saja, rekan saya ini harus sampai 2 jam hanya untuk menceritakan perjalanannya dalam mengikuti program sertifikasi profesi yang telah diikuti.
Dari sini, kita mempelajari, bahwa salah satu cara kita dalam membangun keuntungan kompetitif adalah memiliki keahlian yang diakui dengan sebuah sertifikasi profesi atau kompetensi.
Kalau Anda, sudah berapa banyak sertifikasi yang Anda dapatkan? Bisa share di kolom komentar ya..